Jakarta dan Ibu Kota
Jakarta sebagai Ibu Kota Repubik Indonesia tentu menjadi pusat perhatian seluruh bangsa Indonesia atau bahkan seluruh dunia. Setiap pernak pernik kehidupannya menjadi daya tarik tersendiri. Studi-studi sosio cultur didirikan guna menjawab keingintahuan akan apa saja yang menjadi kekayaan jakarta. Keterbukaan dan cepatnya akses tentu juga menjadi bagian yang membuat jakarta lebih mudah untuk di jelajah.
Suku Betawi sebagai suku asli penduduk jakarta di anggap memiliki
berbagai keunikan dan perbedaan dengan suku yang lain. Hal ini bisa
terjadi karena suku betawi memiliki tingkat akulturasi dengan budaya
lain yang sangat tinggi khususnya jika dibandingkan dengan budaya
lainnya di indonesia. Beberapa pengaruh disebarkan oleh beberapa bangsa
atau pedagang yang berinteraksi dengan suku betawi di antaranya Pedagang
China, Arab, dan Belanda, termasuk orang-orang suku lainnya di
Indonesia telah memberikan banyak sumbangsih bagi perkembangan adat
istiadat di suku ini sejak masa silam.
Seiring perkembangan zaman dan peradaban tanpa disadari proses akulturasi berlangsung dan kemudian membuat keunikan dan perbedaan terjadi secara alami. Perbedaan dan keunikan suku betawi dapat kita lihat dari banyak hal, mulai dari bagaimana cara mereka berpakaian (baju adat), bagaimana arsitektur hunian tempat tinggal mereka (rumah adat), hingga beragam tradisi dan upacara yang hingga kini masih tetap lestari.
Dalam penggunaannya pakaian adat betawi dikategorikan menjadi 3 tipe, yaitu pakaian adat betawi yang digunakan untuk keseharian, pakaian adat betawi yang digunakan dalam acara resmi, serta pakaian adat betawi pernikahan yang biasa digunakan oleh para pengantin.
Pakaian Sehari-hari
Secara lebih terperinci dapat di gambarkan bahwa pakaian sehari-hari laki-laki yang dipakai khususnya oleh para kaum lelaki Betawi di antaranya adalah pertama adalah baju koko, baju koko biasanya juga di sebut baju sadariah. Bentuknya sama dengan baju koko pada kebanyakannya hanya biasanya tidak bermotif dan berwarna polos. Kedua adalah Kain pelekat. Kain pelekat ini bentuknya seperti selendang yang ditempatkan sebelah pundak atau diselempangkan pada leher.
Ketiga adalah celana batik. Biasanya batik hanya di kenakan untuk baju atas namun pada adat betawi di kenakan pada celana dengan style celana kolor batik panjang. kombinasi warna yang tidak terlalu ramai, umumnya hanya cokelat, putih, dan hitam dalam motif-motifnya. Keempat adalah Peci berwarna hitam berbahan beludru yang yang biasanya juga di sebut peci nasional.
Untuk perempuan Betawi, pakaian adat yang dipergunakan sehari-hari terdiri dari baju kurung dengan lengan pendek. Baju kurung yang dikenakan memiliki lengan pendek, tak jarang ditambahkan saku di bagian depannya dengan warna-warna yang mencolok. Kerudung yang digunakan yaitu selendang yang dikenakan pada kepala para perempuan Betawi. Warnanya serasi dengan baju kurung yang mereka kenakan. Kain sarung batik. Kain sarung batik yang sering dikenakan perempuan-perempuan Betawi biasanya bercorak geometri dengan warna-warna yang cerah untuk dipadupadankan dengan baju kurung yang digunakan.
Pakaian Resmi
Pakaian Resmi masyarakat suku adat betawi terbilang sangat unik. pakaian pria mengenakan jas hitam dengan hiasan rantai emas di sakunya, celana dasar kain hitam yang dilengkapi dengan gubatan kain sarung pendek, serta peci hitam sebagai penutup kepala, sedangkan perempuan bagi para wanita, mereka mengenakan pakaian yang sebetulnya masih serupa dengan pakaian keseharian mereka yaitu baju kurung, kain batik bermotif geometri, serta kerudung berwarna cerah.
Pakaian Pengantin
Pakaian adat Betawi yang dipergunakan untuk pernikahan adat Betawi laki-laki disebut Dandanan care haji, meliputi jubah dan tutup kepala. Jubah bagian luar terbuat dari bahan beludru yang berwarna cerah sedangkan Jubah dalamnya terbuat dari kain berwarna putih yang halus. Sedangkan aksesoris penutup kepala terbuat dari sorban disebut juga Alpie. Sebagai pelengkap dipergunakan selendang bermotif benang emas atau manik-manik yang warnanya cerah. Agar lebih serasi, pengantin lelaki pernikahan adat Betawi mempergunakan sepatu pantofel.
Pada pengantin perempuan dalam pernikahan adat Betawi mempergunakan pakaian adat betawi yang disebut Rias besar dandanan care none pengantin cine. Baju yang dikenakan blus bergaya cina dengan bahan satin yang berwarna cerah. Bawahannya menggunakan rok atau disebut Kun yang berwarna gelap dengan model duyung. Warna yang sering digunakan merah hati atau hitam. Sebagai pelengkap bagian kepala digunakan kembang goyang dengan motif burung hong dengan sanggul palsu, dilengkapi juga dengan cadar di bagian wajah. Sedangkan pada bagian sanggul dihiasi dengan bunga melati yang dibentuk roonje dan sisir. Perhiasan lain yang dipergunakan adalah kalung lebar, gelang listring, dan hiasan teratai manik-manik dikalungkan di bagian dada, serta selop dengan model perahu sebagai alas kaki.
Pada pakaian pengantin ini terlihat hasil dari proses asimilasi dari berbagai kelompok etnis pembentuk masyarakat Betawi. Budaya arab dan cina menjadi cukup dominan pada pakaian adat pengantin betawi baik Pakaian yang digunakan pengantin pria maupun pengantin wanita. Pada pengantin pria terdiri dari sorban, jubah panjang dan celana panjang yang cenderung mengadopsi budaya arab. Sedangkan pada pakaian pengantin wanita banyak menggunakan syangko (penutup muka), baju model encim dan rok panjang yang mengadopsi budaya cina. Lebih uniknya, terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.
Melestarikan Pakaian Adat
1. Diadakannya even tentang pakaian adat seperti di adakannya pameran.
2. Dengan cara mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa pakaidan adat merupakan ciri khas dari setiap daerah.
3. Memperbaiki pakaian adat yang tidak merusak bentuk dari pakaian adat tersebut contohnya seperti kebaya tradisional dan kebaya modern.
0 komentar:
Posting Komentar